Upacara Melaspas
UPACARA MELASPAS
MENDEM DASAR, PENGRAKSA, PEDAGINGAN DI PURA PADMASANA, PELINGGIH DALEM KARANG DAN PELINGGIH DURGA MAYA SMP NEGERI 4 ABIANSEMAL
Sehubungan dengan rampunya proyek perbaikan Pura Padmasana, Pelinggih Dalem Karang dan Pelinggih Durga Maya di SMP Negeri 4 Abiansemal, pihak sekolah melaksanakan Upacara Melaspas Alit pada Buda Paing Landep, Rabu (27/12/2023). Upacara yang juga bertepatan dengan Hari Purnama sasih Kapitu ini bertujuan untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, serta untuk menyucikan Pura Padmasana, Pelinggih Dalem Karang dan Pelinggih Durga Maya dan lingkungan SMP Negeri 4 Abiansemal yang baru sehingga dapat berfungsi dengan baik dan sebagai inti kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Pemelaspasan / Melaspas adalah upacara pembersihan dan penyucian bangunan yang baru selesai dibangun atau baru ditempati lagi, seperti rumah, kantor, toko dan lain sebagainya.
Kata melaspas berasal dari bahasa Bali yang terdiri atas dua kata yakni Mlas dan Pas. Mlas artinya pemisah dan Pas artinya cocok. Dari kedua rangkaian kata tersebut, melaspas berarti pembuatan bangunan biasanya terbuat dari dua unsur, yakni kayu dan batu dan apabila disatukan akan berbentuk bangunan cocok dan sangat layak untuk ditempati dan ditinggali. Bagi umat Hindu, upacara ini wajib dilaksanakan dan sudah menjadi tradisi turun-temurun hingga saat ini. Upacara ini digelar agar guru, pegawai dan siswa-siswi SMP Negeri 4 Abiansemal yang akan sembahyang dan menempati lingkungan sekolah merasa aman dan tentram serta betah dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sebelum upacara Melaspas, dilakukan acara awal yaitu menancapkan orti pada mudra bangunan sebagai permohonan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Orti adalah simbol komunikasi, sebagai permohonan dalam perlengkapan upacara dalam pamelaspasan.
Setelah itu barulah dilakukan terlebih dahulu upacara Macaru. Hal ini memiliki tujuan untuk nedunang Bhutakala atau mengundang sang Bhutakala untuk dihaturkan Labaan (sesajen). Dengan harapan agar Bhutakala tersebut kembali ke tempatnya masing-masing atau mengembalikan berbagai roh-roh yang tadinya tinggal atau mendiami bangunan tersebut ke tempat asalnya. Kemudian menghadirkan Dewa Ghana yang diyakini sebagai Dewa Rintangan yang bertujuan untuk menghalangi hadirnya roh-roh pengganggu.
Upacara melaspas Pura Padmasana, Pelinggih Dalem Karang dan Pelinggih Durga Maya di SMP Negeri 4 Abiansemal ini dihadiri oleh bapak kadis atau yang mewakili, Pengawas Sekolah Bapak DRS. I KETUT GEDE BIRAWA ANURAGA, M.Pd, Komite Sekolah, dan juga Kepala SMP Negeri 4 Abiansemal, I Made Antara, S.Pd., dengan didampingi oleh beberapa wakil kepala sekolah beserta staf dan semua siswa-siswi SMP Negeri 4 Abiansemal. Selain itu, guru dan pegawai juga turut menghadiri Upacara Melaspas Alit ini. Substansi dan rangkaian upacara tetap berlangsung labda karya sidaning don. Upacara ini di puput oleh Ida Sinuhun Siwa Putri Prama Daksa Manuaba, Griya Agung Bangkasa.
Kegiatan inti Upacara Melaspas Alit berlangsung selama kurang lebih 3 jam, dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 11.30 Wita. Kendati demikian, pada pagi hari sekitar pukul 07.00 Wita beberapa orang guru dan pegawai sudah terlihat sibuk mempersiapkan saran prasarana untuk kelancaran acara. Sejak awal persiapan hingga akhir acara, kegiatan Dewa Yadnya ini dapat berjalan dengan lancar tanpa kendala maupun hambatan yang berarti.
Komentar
Posting Komentar