KABALI
Di SMP Negeri 4 Abiansemal Setiap Hari Kamis Mebahasa Bali
Kamis, 18 Januari 2024
Kepala SMP Negeri 4 Abiansemal (bapak I Made Antara, S.Pd) telah mencanangkan hari Kamis sebagai hari berbahasa Bali dan penggunaan busana Bali. Hal ini sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali dan Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa.
Hal ini sejalan dengan adanya Pergub yang mengatur penggunaan bahasa dan busana adat Bali di seluruh Bali. Ini semakin memperkuat pelaksanaan penggunaan bahasa dan busana adat Bali di SMP Negeri 4 Abiansemal.
Disamping penggunaan bahasa dan busana adat Bali merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bermasyarkat di Bali. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan adat dan budaya maupun agama sebagai ciri khas masyarakat Bali.
Mengingat penggunaan busana adat Bali mempunyai ciri khusus setiap pelaksanaan upacara di Bali mulai upacara dewa yadnya sampai pada pelaksanaan rapat.
Bahasa Bali merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia. Ditengah era milenial tantangan pengunaan bahasa Bali sangat berat. Mengingat sebagaian besar masyarakat dalam melakukan komunikasi lebih cendrung menggunakan bahasa selain bahasa Bali. Ini menjadi tantangan untuk melestarikan busana dan bahasa Bali salah satunya dengan dicanangkannya hari sebagai pengunaan bahasa dan busana ada Bali. Saya berharap pendidikan berbahasa Bali dan pengunaan bahasa Bali agar terus ditingkatkan. Sehingga adat dan budaya Bali tetap ajeg.
Saya sebagai guru bahasa Bali sangat setuju penerapan hari berbusana dan berbahasa Bali. Hal ini juga untuk melestarikan adat dan budaya Bali. Meski demikian penggunaan bahasa Bali dalam kehidupan sehari-hari saat ini lebih jarang di gunakan terutama di kota-kota besar. Terlebih lagi bahasa yang digunakan untuk rapat memang lebih sulit. Tentunya ini perlu proses sehingga penggunaan bahasa Bali terutama di kalangan anak-anak dapat diterapkan.
Eksistensi bahasa Bali semakin terancam, apalagi semakin terbukanya peluang terjadinya persaingan bahasa. Ketika pariwisata mulai marak di Bali, bahasa lokal bersaing dengan bahasa asing yang masuk ke Bali, khususnya bahasa Inggris.
Cukup banyak masyarakat Bali yang beranggapan bahwa belajar bahasa asing jauh lebih menguntungkan secara ekonomi dibandingkan belajar bahasa Bali. Hal ini menyebabkan banyak masyarakat lokal Bali yang memilih untuk mengajarkan bahasa asing kepada anaknya dibandingkan bahasa daerah. Keberadaan bahasa Bali memang belum punah, namun justru menyebabkan penurunan yang masif.
Semakin banyak generasi muda Bali yang belum memahami kaidah penggunaan bahasa Bali yang baik dan benar, seperti sor singgih basa, beserta ejaan dan cara penulisannya. Selain itu juga terdapat kebutaan terhadap keterampilan lain yang berkaitan dengan bahasa Bali, seperti mageguritan, masatua, mapidarta, ngorti Bali, macecimpedan, dan sebagainya. Lambat laun, di tengah hiruk pikuk pariwisata, masyarakat Bali mulai merasa tidak yakin akan jati dirinya. Lahir dan tinggal di Bali, saya belum bisa menggunakan bahasa Bali yang baik dan benar. Sejak saat itu, bermunculan upaya-upaya yang mengarah pada re-literasi masyarakat Bali, mulai dari tingkat keluarga, sekolah, komunitas, bahkan birokrasi pemerintahan.
Program bapak I Made Antara, S.Pd untuk membuat tiada hari tanpa makna, khusus di setiap hari kamis siswa-siswi SMP Negeri 4 Abiansemal wajib menggunakan pakaian adat dan berbahasa Bali, bertujuan untuk mendeskripsikan literasi KABALI di SMP Negeri 4 Abiansemal yang merupakan bagian dari upaya literasi bahasa Bali secara lebih luas.
Komentar
Posting Komentar