Kata-kata Hari Ini "Belajar"

Every single human being was born for learning

"Setiap manusia dilahirkan untuk belajar"

rāja-vidyā rāja-guhyaḿ
pavitram idam uttamam
pratyakṣāvagamaḿ dharmyaḿ
su-sukhaḿ kartum avyayām

rāja-vidyā—raja pendidikan; rāja-guhyam—rājā pengetahuan rahasia; pavitram—yang paling murni; idam—ini; uttamām—rohani; pratyakṣa—oleh pengalaman langsung; avagamam—dimengerti; dharmyam—prinsip dharma; su-sukham—bahagia sekali; kartum—melaksanakan; avyayām—berada untuk selamanya.


Sloka
Pengetahuan ini adalah rājā pendidikan, yang paling rahasia di antara segala rahasia. Inilah pengetahuan yang paling murni, pengetahuan ini adalah kesempurnaan dharma, karena memungkinkan seseorang melihat sang diri secara langsung melalui keinsafan. Pengetahuan ini kekal dan dilaksanakan dengan riang.

Upabhogaih parityaktam nātmānamavasādayet,

caṇḍālatvepi mānusyam sarvvatha tata durlabham

                                                (Sārasamuccaya 3)

matangnyan haywa juga wwang manastapa, an tan paribhawa, si dadi wwang ta pwa kagöngakêna ri ambêk apayāpan paramadurlabha iking si janmamānuṣa ngaranya, yadyapi caṇḍālayoni tuwi.

‘Oleh karena itu, janganlah sekali-kali bersedih hati; sekalipun hidupmu tidak makmur; dilahirkan menjadi manusia itu, hendaklah menjadikan kamu berbesar hati, sebab amat sukar untuk dapat dilahirkan menjadi manusia, meskipun kelahiran hina sekalipun.


Tidak ada anak hobi belajar dan tidak hobi belajar. 

Belajar itu adalah memampukan anak untuk membelajarkan dirinya. 

Iyam hi yonih prathamā yonih prāpya jagatīpate,

Ātmānam ṣakyate trātum karmabhih śubhalakṣaṇaih

(Sarasamuccaya 4)

Apan iking dadi wwang, uttama juga ya, nimittaning mangkana, wênang ya tumulung awaknya sangkeng sangsāra, makasādhanang śubhakarma, hinganing kottamaning dadi wwang ika

Menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.


Membelajarkan anak itu membutuhkan kecakapan yang bermacam-macam, bukan kecakapan hanya untuk memaksa anak mengerjakan soal-soal saja. 


Ring wwang tan wruha ring subhāsita mapunggung mangraseng sadrasa,
tan wruh pangrasaning sêdah pucang adoh tambūla widyāsêpi.
Yan wwantên mawiweka çāstra nirapeksa byakta monabrata.
Yan wwang mangkana tulyaning rahinikā lwirnyan guwekā hidêp.

Artinya:
Orang yang tidak mengetahui bahasa, tidak bisa berkata tentang rasa yang enam (manis, asam, asin, pedas, pahit dan sepat); orang yang tidak mengetahui rasa sirih dan pinang, jadi orang yang tidak suka makan sirih, tidak berpengetahuan pula. Jika berkumpul dengan orang-orang yang membicarakan ilmu pengetahuan, tentu ia tidak akan memperhatikannya, ia akan diam saja seperti orang yang membisu. Orang yang semacam itu pada perasaan saya adalah seperti gua.

Ring widyā wisa tulya denikang anabhyāsālasang sampênêh.
Yan tan jīrna tikāng bhinojana hatur wisyātêmah wyadhaya.
Ring hinārtha daridra tulya wisa gostinyātêmah manglare.
Ring kanya wisa tulya ring jada pikun, tanpāmrêtangde wingit.

Artinya:
Bagi orang yang segan dan malas pengetahuan itu sebagai racun. Makanan yang tidak bisa dicernakan, sehingga menjadikan orang sakit, juga dapat disebut racun. Bagi orang yang bodoh dan miskin berkumpul dengan orang banyak juga sebagai kena racun, karena bertambah tidak enak rasa hatinya. Orang tua renta bagi anak perawan muda juga racun, karena tidak menyenangkan hati, hanya mendongkolkan belaka.


Nora ‘na mitra manglêwihane wara-guna maruhur.
Nora ‘na çatru manglêwihane gêlêng ana ri hati.
Nora ‘na sih mahānglewihane sihikang atanaya.
Nora ‘na çakti daiwa juga çakti tan ana manahên.

Artinya:
Tidak ada sahabat yang dapat melebihi pengetahuan yang tinggi faedahnya.
tidak ada musuh yang berbahaya dari pada nafsu jahat dalam hati sendiri.
tidak ada cinta yang melebihi cinta orang tua kepada anak-anaknya.
tidak ada kekuatan yang menyamai nasib, karena kekuatan nasib itu tidak tertahan oleh siapapun jua.


Haywa maninda ring dwija daridra dumadak atêmu.
çāstra tininda denira kapātaka tinēmu magöng.
yan kita ninda ring guru patinta maparêk atêmu.
lwirnika wangça-patra tumibeng watu rêmêk apasah.

Artinya:
Jangan mencela berahmana; perbuatan itu dapat mendatangkan kecelakaan bagimu.
Jika kamu mencela buku-buku suci, kamu akan mendapat siksaan di neraka.
Jika kamu mencela guru-guru, akan segera kamu menemani ajalmu seperti piring hancur jatuh dibatu.

#tubaba@spenfourab//pembelajaransiswasiswi#

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan Bimtek Tim Verifikasi Calon Sekolah Adiwiyata Provinsi

Menjaga Keindahan Sekolah

Pendisiplinan Rambut sebagai Cerminan Karakter Berbudaya