Karakter Deep Learning
Karakter Deep Learning yang Utama dalam Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis, Kemampuan Tingkat Tinggi, dan Kreativitas Siswa SMP Negeri 4 Abiansemal melalui Pembelajaran Kontekstual Konstruktivisme Secara Sadar (Mindful), Bermakna (Meaningful), dan Menyenangkan (Joyful)
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Abstrak
Pendidikan abad ke-21 menuntut pengembangan kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills), dan kreativitas peserta didik. Deep learning, sebagai pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada pemahaman mendalam, berperan penting dalam membentuk karakter siswa. Artikel ini membahas karakter utama deep learning dalam konteks SMP Negeri 4 Abiansemal, melalui penerapan pembelajaran kontekstual berbasis konstruktivisme yang dilaksanakan secara sadar (mindful), bermakna (meaningful), dan menyenangkan (joyful). Dengan pendekatan ini, siswa diharapkan tidak hanya memahami materi, tetapi mampu mengaplikasikan dan merefleksikannya dalam kehidupan nyata, sehingga menjadi pribadi yang adaptif, kreatif, dan berpikir kritis.
Kata Kunci: Deep Learning, Berpikir Kritis, HOTS, Kreativitas, Mindful Learning, Meaningful Learning, Joyful Learning.
Pendahuluan
Era globalisasi menuntut siswa untuk menjadi individu yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan reflektif. Pendidikan tidak lagi sekadar transfer pengetahuan, melainkan harus mendorong pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dan kreativitas. Deep learning hadir sebagai strategi pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konsep mendalam dan refleksi kritis.
Di SMP Negeri 4 Abiansemal, penguatan karakter deep learning dilaksanakan melalui pembelajaran kontekstual berbasis konstruktivisme, yang mengintegrasikan prinsip sadar (mindful), bermakna (meaningful), dan menyenangkan (joyful). Pendekatan ini bertujuan untuk membekali siswa dengan kemampuan memahami, mengaplikasikan, dan merefleksikan pengetahuan secara utuh dan relevan.
Karakter Utama Deep Learning
1. Berpikir Kritis dan Kemampuan Tingkat Tinggi
Deep learning mengajarkan siswa untuk:
- Menganalisis informasi secara mendalam,
- Mengevaluasi argumen,
- Mengkritisi dan mengembangkan gagasan baru,
- Meningkatkan kemampuan berpikir analitis, kreatif, dan metakognitif.
Pengembangan kemampuan ini penting untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan dunia nyata yang kompleks dan dinamis.
2. Kreativitas
Melalui deep learning, siswa didorong untuk:
- Menemukan solusi inovatif,
- Menciptakan karya baru berbasis pemahaman mendalam,
- Mengembangkan pola pikir terbuka dan eksploratif,
- Menjadikan kesalahan sebagai peluang belajar.
3. Pembelajaran Kontekstual dan Konstruktivisme
Pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa:
- Mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari,
- Membangun sendiri makna dari pengalaman belajar,
- Menjadi lebih aktif dan bertanggung jawab dalam proses pembelajaran,
- Meningkatkan relevansi dan motivasi belajar.
Prinsip Pelaksanaan: Mindful, Meaningful, dan Joyful
a. Mindful (Sadar)
Siswa hadir secara penuh dalam proses belajar, memperhatikan detail, serta fokus terhadap tujuan pembelajaran. Sikap mindful menumbuhkan disiplin diri, ketekunan, dan ketahanan belajar.
b. Meaningful (Bermakna)
Materi pembelajaran dirancang agar berkaitan langsung dengan pengalaman siswa. Ini membuat pembelajaran:
- Lebih kontekstual,
- Mudah dipahami,
- Meningkatkan retensi jangka panjang.
c. Joyful (Menyenangkan)
Suasana kelas dibangun dengan:
- Pendekatan yang ramah dan suportif,
- Mengapresiasi setiap usaha siswa,
- Mengurangi tekanan akademis yang tidak perlu,
- Mendorong kolaborasi dan kreativitas.
Implementasi dalam Kelas
Untuk mewujudkan karakter utama deep learning di SMP Negeri 4 Abiansemal, guru dapat melaksanakan strategi berikut:
- Problem-Based Learning (PBL): Mengajukan permasalahan nyata untuk dipecahkan siswa.
- Diskusi dan Kolaborasi: Mendorong debat sehat dan kerja tim kreatif.
- Proyek Kreatif: Membuat produk inovatif dari hasil pembelajaran.
- Refleksi Individu dan Kelompok: Memberikan ruang bagi siswa untuk merefleksikan proses dan hasil belajar.
- Pertanyaan Pemantik: Menggunakan pertanyaan terbuka yang menstimulasi berpikir kritis.
- Lingkungan Belajar Aman: Menyediakan ruang eksplorasi ide tanpa rasa takut salah.
Contoh di SMP Negeri 4 Abiansemal, siswa kelas 8F dalam pelajaran Bahasa Bali membuat proyek penulisan cerita rakyat dengan ilustrasi lontar, yang dipresentasikan di depan kelas secara kreatif.
Penutup
Karakter utama deep learning — berpikir kritis, kemampuan tingkat tinggi, dan kreativitas — dapat berkembang optimal melalui pembelajaran kontekstual berbasis konstruktivisme yang dilaksanakan secara sadar, bermakna, dan menyenangkan. Dengan strategi ini, siswa SMP Negeri 4 Abiansemal tidak hanya mampu memahami materi pelajaran, tetapi juga mampu mengaplikasikan dan merefleksikannya dalam kehidupan nyata. Pendidikan yang menghidupkan potensi siswa akan melahirkan generasi yang cerdas, inovatif, dan berkarakter.
Daftar Pustaka
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.
Bransford, J., Brown, A. L., & Cocking, R. R. (2000). How People Learn: Brain, Mind, Experience, and School. Washington, DC: National Academy Press.
Brooks, J. G., & Brooks, M. G. (1999). In Search of Understanding: The Case for Constructivist Classrooms. Alexandria: ASCD.
Seligman, M. E. P. (2011). Flourish: A Visionary New Understanding of Happiness and Well-being. New York: Free Press.
Komentar
Posting Komentar