Membaca Kebenaran: Antara Keheningan Spiritual dan Keberanian Nalar
"Membaca Kebenaran: Antara Keheningan Spiritual dan Keberanian Nalar"
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
> "Ajñānaṃ timirāndhasya jñānāñjanaśalākayā |
Cakṣurunmīlitaṃ yena tasmai śrī gurave namaḥ"
"Terpujilah Guru yang telah membuka mata batin kami,
yang buta oleh kegelapan ketidaktahuan, dengan salep pengetahuan suci."
— Guru Stotram
---
Dalam dunia yang begitu cepat bergerak, kita kerap dibuai oleh arus keheningan palsu yang membungkus pembodohan. Kita diajarkan bahwa spiritualitas sejati adalah tidak melihat kesalahan orang lain. Namun benarkah demikian jika ketidaktahuan dan ketidakbenaran terus dibiarkan menggurita?
Spiritualitas bukan kebutaan sosial, melainkan kejernihan kesadaran.
Ia bukan tentang memalingkan wajah dari kesalahan, tetapi menatapnya dengan welas asih dan keberanian. Jika spiritual dipahami sebatas diam dan memaklumi, maka ia telah dikerdilkan menjadi alat peredam nurani.
Dalam Ramayana, Rahwana naik panggung bukan karena ia lebih hebat, tetapi karena Sang Rama pulang kampung, tidak ada yang membela Dharma ketika Adharma bersuara lantang.
Itulah metafora zaman:
Yang keras bersuara, yang benar memilih diam.
---
Menjadi Spiritualitas yang Melek dan Bergerak
Spiritualitas yang benar tidak mengajak kita diam melihat kebodohan, tetapi:
Mencerdaskan hati dan pikiran.
Menumbuhkan keberanian menyuarakan kebenaran.
Memupuk kepekaan untuk meluruskan yang menyimpang dengan penuh kasih.
> "Satyaṃ brūyāt priyaṃ brūyān na brūyāt satyam apriyam,
Priyaṃ ca nānṛtaṃ brūyād eṣa dharmaḥ sanātanaḥ."
— Manusmṛti 4.138
"Ucapkanlah kebenaran dengan cara yang menyenangkan,
Jangan ucapkan kebenaran yang menyakitkan.
Namun jangan pula berkata menyenangkan jika itu dusta.
Itulah Dharma yang abadi."
---
Ketika spiritualitas hanya dijadikan baju luar, maka kebenaran menjadi sepi pengikut.
Maka tak heran jika panggung diisi oleh Rahwana,
sementara Sang Rama disuruh pulang.
---
Afirmasi Positif Pagi: Menyambut Hari dengan Kesadaran dan Kekuatan Dharma
Setiap pagi, sebelum membuka gawai atau pikiran negatif,
bangunlah dengan bisikan afirmasi dalam hati:
🌿 "Aku melihat dengan mata Dharma,
Aku bersuara dengan kejujuran yang lembut,
Aku bergerak bukan karena benci,
tetapi karena cinta kepada kebenaran."
Dengarkan afirmasi ini sambil menarik napas dalam dan rasakan semesta meresap ke tubuhmu.
Spiritual bukan pelarian dari dunia,
tetapi penyelamannya dengan kesadaran yang utuh.
---
Penutup
Jangan biarkan pembodohan disamarkan sebagai kedamaian.
Jangan biarkan diam menjadi sarang tumbuhnya kebohongan.
Mari kita kembalikan spiritualitas pada akarnya:
mewujudkan terang dalam kegelapan zaman.
> "Tamaso mā jyotir gamaya" —
"Bawa kami dari kegelapan menuju terang."
— Bṛhadāraṇyaka Upaniṣad 1.3.28
---
Salam Dharma,
🌺 I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Guru Aksara Bali dan Penggugah Kesadaran
#CareKamusSaye #MelawanPembodohan #MenyuarakanKebenaran #RamaDalamDiri #WidyaParamartha
Komentar
Posting Komentar