Tiada yang lebih menyucikan selain pengetahuan yang sejati.
DIPLEARNING & MAKE IT STICK: Bongkar Rahasia Belajar 10X Lebih Efektif
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Perpustakaan Widya Paramartha | SMP Negeri 4 Abiansemal
"Na hi jñānena sadṛśaṁ pavitram iha vidyate..."
(Bhagavad Gītā IV.38)
Tiada yang lebih menyucikan selain pengetahuan yang sejati.
---
Pengantar: Menyulam Nalar dan Rasa dalam Pembelajaran
Pembelajaran bukan hanya persoalan mengisi gelas kosong, tapi menyalakan api pencarian. Di SMP Negeri 4 Abiansemal, filosofi ini tidak sekadar retorika, melainkan praktik nyata melalui konsep DIPLEARNING—akronim dari Discovery, Interaction, Presentation, Learning, Evaluation, and Networking.
Konsep ini tidak berdiri sendiri, namun sejalan dengan temuan ilmiah dari Henry L. Roediger III (“Roddy”), Mark McDaniel, dan Peter Brown dalam karya ilmiah populer mereka, Make It Stick: The Science of Successful Learning (2014).
---
1. DIPLEARNING: Simfoni Pembelajaran Holistik
DIPLEARNING adalah pendekatan belajar berbasis aksi dan keterhubungan antar aspek pengetahuan.
Filosofinya sederhana namun mendalam: belajar harus membekas, bukan hanya mengesankan.
Berikut enam pilar DIPLEARNING:
Discovery → Siswa aktif menemukan sendiri konsep melalui eksplorasi.
Interaction → Dialog terbuka antarsiswa dan guru mendorong pemahaman mendalam.
Presentation → Siswa diminta mengungkap kembali materi dalam bentuk presentasi, memperkuat retensi.
Learning → Pembelajaran menjadi pengalaman, bukan hanya aktivitas.
Evaluation → Umpan balik yang reflektif, bukan hanya nilai angka.
Networking → Kolaborasi lintas mata pelajaran dan kehidupan sosial.
Dari sinilah terlihat bahwa DIPLEARNING tidak hanya “mengajarkan” siswa, tapi menghidupkan siswa.
---
2. Teknik Ilmiah Roddy dan Korelasinya dengan DIPLEARNING
Prof. Henry L. Roediger III dalam buku Make It Stick mengungkap teknik belajar yang terbukti secara eksperimen jauh lebih efektif daripada metode lama. Di antara tekniknya:
✅ 1. Retrieval Practice (Menarik Kembali dari Ingatan)
> “Practice retrieving new learning from memory.”
Sama seperti Presentasi dan Evaluasi dalam DIPLEARNING.
Saat siswa mempresentasikan atau mengulang ulang topik yang telah mereka temukan sendiri, mereka sedang melakukan “retrieval practice”. Hal ini memperkuat jaringan memori.
✅ 2. Spaced Repetition (Pengulangan Berjarak)
DIPLEARNING memberi ruang bagi siswa untuk belajar, berdiskusi, lalu kembali ke materi di waktu berbeda melalui tugas atau proyek lanjutan. Ini meniru cara otak menyerap jangka panjang, bukan sekadar menghafal temporer.
✅ 3. Interleaving (Campur Topik)
DIPLEARNING mendorong keterhubungan lintas disiplin. Ini memungkinkan siswa mempelajari topik secara bersamaan dalam konteks yang berbeda. Mereka belajar Matematika melalui seni, belajar Bahasa melalui budaya.
✅ 4. Elaborasi (Menjelaskan dengan Kata Sendiri)
Presentasi dalam DIPLEARNING memaksa siswa menyusun ulang ide dengan bahasa mereka sendiri. Ini adalah bentuk elaborasi yang memperkuat pemahaman dan daya ingat.
---
3. DIPLEARNING Bukan Tren, Tapi Transformasi
DIPLEARNING bukan metode baru, melainkan manifestasi pembelajaran yang telah dipoles oleh zaman. Ini mengawinkan pendekatan klasik filsafat timur – tattvamasi (engkau adalah pengetahuan itu sendiri) – dengan ilmu barat modern berbasis neuropsikologi.
Jika dulu belajar adalah meniru, kini belajar adalah mencipta.
---
4. Estetika dan Spiritualitas dalam Pembelajaran
Di SMP Negeri 4 Abiansemal, pembelajaran tidak pernah kehilangan estetika. Di ruang-ruang kelas, senyum guru adalah doa; interaksi adalah yajña (pengorbanan suci).
Guru bukan sekadar pengajar, tapi pemantik api jiwa.
Seperti disebutkan dalam Sarasamuccaya:
> “Kāyena vācā manasendriyairvā...”
Belajarlah dengan tubuh, kata, pikiran, dan pancaindra.
DIPLEARNING menyentuh semua aspek itu: pikiran dengan eksplorasi, kata dengan presentasi, indera dengan praktik, dan jiwa dengan nilai-nilai.
---
5. Menuju Generasi “Ngindang Mepenglingsir”
Lewat DIPLEARNING, siswa tidak hanya menjadi pinter, tapi juga penglingsir—yang mampu menuntun dengan kehalusan pikir dan kejernihan rasa.
Mereka bukan sekadar generasi yang bisa menjawab soal, tapi mampu membaca zaman dan menjawab panggilan kehidupan.
---
Penutup: Jadikan Ilmu Sebagai Upacara Jiwa
DIPLEARNING adalah “upacara” pembelajaran. Sebagaimana upacara di Bali yang sarat simbol dan makna, DIPLEARNING mengajak guru dan siswa untuk merayakan ilmu sebagai taksu yang suci, bukan beban yang membosankan.
Belajar bukan sekadar tahu—belajar adalah tumbuh.
---
> “Adnyaning suba mrasidayaning urip”
(Pengetahuan yang baik akan menjadi jalan hidup yang membahagiakan)
— Lontar Tutur Bhisama Wrespati
---
Ditulis oleh:
I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Wali Kelas 8F | Guru Bahasa Bali | Kepala Perpustakaan Widya Paramartha
SMP Negeri 4 Abiansemal
#Karismatik #Inovatif #LiterasiBermakna #DIPLEARNING #MakeItStick #BelajarDenganHati
Komentar
Posting Komentar